Rahim Pengganti

Bab 45 "Acara Perusahaan"



Bab 45 "Acara Perusahaan"

0Bab 45     

Acara Perusahaan     

Sejak malam itu, Caca berusaha untuk lebih menahan dirinya karena kejadian tersebut membuat pikiran Carissa tidak tenang dan menyebabkan kondisi janin nya tidak baik baik saja. Carissa sempat mengalami flek, dan hal itu membuat wanita itu syok akan hal itu. Untunglah Bi Susi segera masuk ke dalam kamar nya dan membantu Caca.     

"Ibu susu hamilnya," ucap Bi Sumi. Caca yang duduk di sofa kamar nya menoleh ke arah pintu, senyum manis itu terbit dengan sangat indah, Caca segera meminta asisten rumah tangganya masuk.     

"Makasih ya bi," ucap Caca.     

"Sama sama Bu. Oh ya, tadi pagi Bapak nyari Ibu. Katanya suruh ibu buat ikutan mbak Siska, cuma Sumi gak tahu untuk apa," ujar Sumi.     

Caca terdiam, kenapa harus asisten rumah tangga yang datang kenapa bukan Bian langsung. Hal itu membuat, mood Carissa tiba tiba tidak baik. Wanita itu kesal dengan keadaan seperti saat ini.     

"Ya sudah. Bibi bisa pergi, makasih ya Bi," ucap Caca.     

Bi Sumi pun segera pamit dan Caca kembali lanjut dengan aktivitasnya. Wanita itu jadi lebih suka membaca novel akhir akhir ini, apa lagi sejak ada Della intensitas nya di dalam kamar lebih banyak.     

Di meja makan, Della segera memasang wajah sedihnya. Melihat sang istri seperti itu, segera Bian meraih tangan istrinya itu.     

"Kamu kenapa?" tanya Bian lembut.     

"Caca sepertinya tidak suka ada aku di sini. Buktinya sudah dua hari ini dia lebih memilih makan di dalam kamar," ucap Della. Mendengar hal itu membuat Bian menarik napasnya berat. Bian tidak tahu harus bersikap seperti apa, dirinya juga bingung dengan sikap Carissa yang semakin hari semakin menjauh dari dirinya.     

Sejauh ini Bian merasa tidak memiliki salah kepada istrinya itu, tapi kenapa Carissa bisa bersikap seperti ini sekarang. Apa lagi ada Della di rumah mereka sekarang.     

"Carissa gak mungkin seperti itu. Mungkin moodnya lagi gak beres. Dulu, sebelum kamu di sini dia juga sering seperti itu," jawab Bian dengan berusaha bohong.     

"Iya Mas."     

Keduanya kembali melanjutkan sarapan pagi mereka, mendengar jawaban Bian membuat Della kesal wanita itu ingin, reaksi berbeda bukan hanya seperti ini. Namun, Della tidak akan tinggal dia wanita itu akan mencoba membuat Bian dan Carissa saling membenci.     

***     

Siang harinya, Caca keluar dari dalam kamarnya. Wanita itu akan keluar jika, Della tidak ada di rumah itu semua karena Caca merasa tidak nyaman jika ada Della di rumah mereka.     

Hal itu terjadi, karena tidak sengaja melihat bergulatan panas antara Della dan Bian beberapa hari lalu, dan jika Caca mengingatnya wanita itu akan mual.     

"Ibu mau makan apa?" tanya bi Susi.     

"Bibi buat apa?" tanya Caca kembali.     

"Bibi masak sapo tahu, ayam goreng, tumis buncis, sama sambal goreng."     

"Wah enak. Aku makan semuanya saja bi," ujar Caca.     

Bi Susi segera, melayani majikannya itu, senyum di bibir Caca tidak pernah luntur Susi setia menemani majikannya makan. Sedang Sumi sedang pergi ke super market belanja bulanan.     

Sejak tadi Caca tidak mengetahui, jika ada orang lain yang sedang memperhatikan dirinya, Susi yang melihat hal itu segera diberikan kode supaya bersikap biasa saja.     

Dengan langkah yang sangat pelan, orang itu berjalan ke arah Caca. Rindu itulah yang dirasakan oleh Bian, pria itu ingin memeluk erat sang istri.     

"Makannya lahap banget," ucap Bian. Mendengar suara suaminya itu, membuat Caca menghentikan makannya. Wanita itu melirik sejenak ke arah samping, menatap siapa orang tersebut.     

Suara tarikan kursi terdengar, Susi yang peka dengan keadaan segera beranjak dari tempatnya. Wanita itu langsung pergi meninggalkan kedua orang yang sedang membutuhkan waktu bersama.     

"Kenapa gak dilanjutkan makannya?" tanya Bian ketika melihat Carissa sudah berhenti makan.     

"Udah kenyang Mas," jawabnya.     

"Maaf!!" ucap Bian.     

Mendengar perkataan tersebut membuat Caca menoleh ke arah Bian, terlihat tatapan mata suaminya itu sangat sendu. Jika sudah seperti ini, maka Caca tidak bisa berbuat apa apa. Wanita itu tidak mampu melihat wajah murung suaminya.     

"Maaf? Untuk apa Mas," ucap Caca. Bian masih menganggukkan kepalanya, pria itu tidak mampu menatap wajah sang suami.     

Caca segera meraih tangan suaminya ia genggam lalu dikecupnya dengan penuh cinta.     

"Ada apa Mas? Kamu mau ngomong sesuatu sama aku? Ada yang mau kamu sampaikan?" tanya Caca.     

Bian mengangkat kepalanya, lalu menatap ke arah sang istri.     

"Kita pergi ke acara kantor ya. Kamu sudah diberitahukan sama Bi Sumi mengenai hal itu?" tanya Bian.     

Carissa terdiam, tidak mungkin dirinya pergi ke acara tersebut, apa lagi Caca sudah tidak bekerja lagi di sana. Hal ini akan menimbulkan kecurigaan dan hal itu akan menjadi kabar heboh.     

"Kenapa Mas ajak aku. Mas lupa sama status kita, jangan karena Mas merasa bersalah jadi seperti ini," ucap Carissa.     

Bian segera menggelengkan kepalanya. "Kenapa dengan status kita. Tidak ada yang salah dengan hubungan ini, kita menikah sah di mata hukum dan juga agama. Tidak salah, kan," ucap Bian.     

Carissa menarik napasnya panjang lalu tersenyum ke arah suaminya. "Tidak ada yang salah Mas. Yang jadi permasalahan itu, kalau kamu ajak aku. Sedangkan semua orang tahu, yang menjadi istri kamu Della. Kan gak lucu Mas, apa lagi aku udah gak kerja di kantor lagi," jawabnya.     

"Ta-tapi ...,"     

"Udah gak usah tapi-tapian Mas. Mending sekarang kamu siap-siap. Nanti saat Della pulang, kalian bisa pergi bersama," ucap Caca.     

***     

Di sinilah Bian, pergi bersama dengan Della dengan pikiran yang tidak tenang. Entahlah saat ini fokus yang ada di otak Bian hanya Caca, pria itu sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi.     

Namun, acara ini juga penting baginya. Selain acara perusahaan setiap tahun, di acara ini juga sekaligus menjalin hubungan dengan beberapa clien penting.     

"Ma!!" sapa Bian. Mama Ratih tersenyum ke arah anaknya itu, wanita paruh baya itu memeluk Bian dengan erat. Anaknya sudah mencapai puncak karier dengan luar biasa.     

"Caca mana? Kenapa kamu gak ajak dia?" tanya Mama Ratih.     

"Caca kurang enak badan Ma. Jadi gak bisa ikut."     

Jawaban itu dilontarkan oleh Della, mendengar ucapan tersebut membuat Mama Ratih memutar matanya kesal.     

"Kalau Mama tahu Caca gak datang ke sini. Mending Mama ke rumah kalian aja, dari pada di sini panas," gerutu kesal Mama Ratih.     

Della segera menarik tangan suaminya untuk bisa jauh dari sang mertua. Tidak ada satu hal pun, yang membuat Mama Ratih dan Della rukun. Wanita paruh baya itu, sudah lelah dengan sikap menantu pertamanya yang tidak pernah mau menurut.     

"Kita pulang Siska, Mama jadi khawatir dengan kondisi Caca," ajak Mama Ratih. Melihat sang Mama beranjak, Bian segera menyusul.     

"Mau kemana Ma?" tanyanya.     

"Mama pulang aja. Kasihan Caca, lagi hamil ditinggal apa lagi katanya kurang sehat, gimana bisa sehat kalau tinggal sama Della. Udah kamu di sini aja, awasin istri kamu itu," ucap ketus Mama Ratih.     

"Gue harap loe sadar Mas," ucap Siska.     

Bian hanya bisa menatap kepergian ibu dan adiknya tanpa bisa mencegahnya, hal itu terjadi helaan napas berat terdengar jelas.     

###     

Hallo. Bab baru meluncur yaa, semoga sukaaa. Selamat membaca dan terima kasih semuanya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.